Asas-Asas Pengembangan Kurikulum


Oleh Erlita Septiani

Kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan cukup penting dalam seluruh kegiatan pendidikan, juga menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Penyususnan kurikulum tidak dapat dikerjakan secara sembarangan, mengingat pentingnya peran kurikulum di dalam pendidikan perkembangan kehidupan manusia secara umum.
Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran. Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme, fasisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/ sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan. Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan. Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan dalam hal ini pancasila sebagai filter pengembangan kurikulum.
Asas psikologis berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi. Manusia sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi satu. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut: (a) Aspek ketakwaan (b) Aspek cipta (c) Aspek rasa (d) Aspek karsa (e) Aspek karya (kreatif) (f) Aspek karya (g)  Aspek kesehatan (h) Aspek sosial (i) Aspek karya. Asas psikologis yang dikembangkan disini harus sesuai dengan tujuan, materi, strategi, media dan sistem evaluasinya di sesuai kan dengan psikologi belajar dan psikologi perkembaangan. Tujuan psikologis seharusnya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah, sesuai perkembangan siswa, mengaktifkan belajar siswa, fungsional, tujuan menarik. Sedangkan dalam penguasaan materinya harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan pengalaman siswa. Materi disusun berdasarkan pendekatan global dan bersifat fungsional. Pendekatan harus bersifat global dan universal untuk dapat mengaktifkan siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya dan sesuai dengan teori psikologi belajar. Kurikulum yang dikembangkan dilengkapi dengan media yang digunakan untuk membantu pemahaman siswa pada materi dalam mengembangkan imajinasinya yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwanya. Lalu pada penilaiannya diurutkan dengan bahan ajar yang sistematika sesuai dengan pengembangan penalaran dari mudah ke sukar mengikuti kurve normal yang mengandung ranah kognisi, afeksi dan psikomotor.
Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial. Dalam suatu lembaga pendidikan dalam mengembangkan kurikulumnya, maka harus diterima dan mendapatkan dukungan masyarakat maka, dalam pengembanganya perlu memperhatikan perkembangan,harapan seperti halnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan budaya serta memahami karakteristik masyarakat yang beraneka ragam profesi yang ada meliputi petani, PNS, guru, industri, pedagang, nelayan, pedalaman, pegawai dan akademis.

Asas Teknologi dan Pengetahuan dalam hal ini satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-sia. Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet, rekaman video, dan sebagainya. Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya. Guru yang dilengkapi dengan fasilitas teknologi akan lebih memberikan materi yang up to date atau kekinian dan tidak kadaluarsa serta mempersiapkan peserta didik untuk bukan hanya sekedar menggunakan namun juga diharapkan untuk menciptakan ataupun mengembangkan suatu teknologi yang mutakhir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengembangan Kurikulum Model Rogers

Pengembangan Kurikulum Model Administrasi