Pengembangan Kurikulum Model Teknologi
Abad dua puluh ditandai dengan
perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi mempengaruhi
setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan.
Sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam
pendidikan, tetapi yang digunakan adalah teknologi sederhana seperti penggunaan
papan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak dan grip, dan lain-lain. Dewasa
ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah teknologi
maju, seperti audio dan video casssette, overhead projector, film slide, dan motion film, mesin
pengajaran, komputer, CD-rom dan internet.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah
dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras
(hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai
teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut
juga teknologi sistem (system technology).
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan
alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektivitas pendidikan.
Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga
model-model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat. Contoh-contoh
model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan film dan
video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul. Pengajaran dengan bantuan
komputer, dan lain-lain.
Dalam arti teknologi sistem, teknologi pendidikan menekankan kepada
penyusunan program pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan
sistem. Program pengajaran ini bisa semata-mata program sistem, bisa
program sistem yang ditunjang dengan alat dan media, dan bisa juga
program sistem
yang dipadukan dengan alat dan media pengajaran.
Pada bentuk pertama, pengajaran tidak membutuhkan alat dan med id yang canggih,
tetapi bahan ajar dan proses pembelajaran disusun secai sistem. *lat dan media
digunakan sesuai dengan kondisi tetapi tidal terlalu dipentingkan. Pada bentuk
kedua, pengajaran disusun secara system. *lat dan media digunakan sesuai dengan
kondisi tetapi tidak terlalu dipentingkan. Pada bentuk kedua, pengajaran disusun
secara system dan ditunjang dengan penggunaan alat dan media pembelajaran.
Penggunaan alat dan media belum terintegrasi dengan program pembelajaran,
bersifat "on-offD, yaitu bila digunakan alat dan media akan
lebih baik, tetapi bila tidak menggunakan alat pun pengajaran
masih tetap berjalan. Pada bentuk ketiga program pengajaran
telah disusun secara terpadu antara bahan dan kegiatan pembelajaran dengan alat
dan media. Bahan ajar telah disusun dalam kaset audio,
video atau film, atau diprogramkan dalam komputer. Pembelajaran tidak
bisa berjalan tanpa melibatkan penggunaan alat-alat dan program tersebut.
1.
Beberapa ciri kurikulum teknologis
Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan,
memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:
a.
Tujuan.
Tujuan diarahkan pada penguasaan
kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan
yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan
khusus, yang disebut objektif atau tujuan instruksional. Objektif ini
menggambarkan perilaku, perbuatan atau kecakapan-keterampilan yang dapat
diamati atau diukur.
b.
Metode.
Metode yang merupakan kegiatan
pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap
perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi
respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat. Tujuan-tujuan
pengajaran telah ditentukan sebelumnya. Pengajaran bersifat individual, tiap siswa
menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya,
dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing. Pada saat tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan
secara kelompok. Setiap
siswa harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan
program pengajaran.
Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut.
1)
Penegasan tujuan. Para siswa diberi
penjelasan tentang pentingnya bahan yang harus dipelajari. Sebagai
tanda menguasai bahan mereka harus menguasai seara tuntas tujuan-tujuan dari suatu
program.
2) Pelaksanaan pengajaran. Para siswa belajar
secara individual melalui media buku-buku ataupun media elektronik. Dalam kegiatan belajarnya
mereka dapat menguasai
keterampilan-keterampilan dasar ataupun perilaku-perilaku yang dinyatakan dalam tujuan program. Mereka belajar
dengan cara memberikan respons secara
cepat terhadap persoalan-persoalan yang diberikan.
3) Pengetahuan
tentang hasil. Kemajuan siswa dapat segera diketahui oleh siswa sendiri, sebab dalam
model kurikulum ini umpan balik selalu diberikan.
Para siswa dapat segera mengetahui apa yang telah mereka kuasai dan apa
yang masih harus dipelajari lebih serius.
c.
Organisasi Indian ajar.
Bahan ajar atau
isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian
rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan
ajar atau kompetensi yang luas/besar dirinci menjadi bagian-bagian atau subkompetensi yang
lebih kecil, yang rnenggambarkan objektif.
Urutan dari objektifobjektif ini pada dasarnya menjadi inti organisasi
bahan.
d.
Evaluasi.
Kegiatan
evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu
unit ataupun semester. Fungsi evaluasi ini bermacammacam, sebagai
umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan
pelajaran (evaluasi formatif), umpan balik bagi siswa pada akhir suatu
program atau semester (evaluasi sumatif). Juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan
pengembang kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum.
Evaluasi yang mereka gunakan umumnya berbentuk tes objektif. Sesuai dengan landasan pemikiran mereka, bahwa
model pengajarannya menekankan sifat ilmiah, bentuk ini tes dipandang
yang paling cocok.
Program
pengajaran teknologis sangat menekankan efisiensi dan efektivitas. Program dikembangkan melalui beberapa kegiatan uji coba
dengan sampel-sampel dari suatu populasi yang sesuai, direvisi beberapa kali
sampai standar yang diharapkan dapat dicapai. Dengan model pengajaran ini
tingkat penguasaan siswa dalam standar konvensional jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan model-model lain.
Apalagi kalau digunakan program-program yang lebih berstruktur seperti pengajaran berprogram,
pengajaran modul atau pengajaran dengan
bantuan video dan komputer, yang dilengkapi dengan sistem umpan balik dan
bimbingan yang teratur dari dapat mempercepat dan meningkatkan penguasaan
siswa.
Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan, kurikulum teknologis tidak terlepas dari beberapa
keterbatasan atau kelemahan. Model ini terbatas kemampuannya untuk mengajarkan bahan ajar yang kompleks atau membutuhkan
penguasaan tingkat tinggi (analisis, sintetis, evaluasi) juga bahan-bahan ajar
yang bersifat afektif. Beberapa
percobaan menunjukkan kemampuan siswa untuk mentransfer hasil belajar cukup rendah. Pengajaran teknologis sukar
untuk dapat melayani bakat-bakat
siswa belajar dengan metode-metode khusus. Metode mengajar mereka cenderung seragam. Keberhasilan
belajar siswa juga sangat dipengaruhi
oleh sikap mereka, bila sikapnya positif maka siswa akan berhasil, tetapi bila sikapnya negatif, tingkat
penguasaannya pun relatif rendah. Masalah kebosanan juga berpengaruh
terhadap proses belajar.
2. Pengembangan kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum model lama,
menurut para ahli teknologi pendidikan, penyusunan kurikulum,
penyusunan buku-buku serta perangkat kurikulum lainnya lebih bersifat seni dan
didasarkan atas kepentingan politik daripada landasan-landasan ilmiah dan
teknologis. Pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian nilai-nilai umum,
konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan menjadi isi
kurikulum disusun dengan fokus pada nilainilai tadi.
Pengembangan kurikulum teknologis
berpegang pada beberapa kriteria, yaitu: 1) Prosedur pengembangan
kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh
pengembang kurikulum yang lain, 2) Hasil pengembangan terutama yang berbentuk
model adalah yang bisa diuji coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang sama.
Inti dari pengembangan kurikulum
teknologis adalah penekanan pada kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat
dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu
dengan program pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu.
Pengembangan kurikulum ini membutuhkan
kerjasama dengan para penyusun program dan penerbit media
elektronik dan media cetak. Di pihak lain harus dicegah
jangan sampai pengembangan kurikulum ini menjadi objek bisnis. Pengembangan
pengajaran yang betul-betul berstruktur dan bersatu dengan alat dan
media membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Inilah hambatan utama pengembangan
kurikulum ini, terutama bagi sekolah atau daerah-daerah yang kemampuan finansialnya
masih rendah.
Pemecahan masih dapat dilakukan dengan
menerapkan model kurikulum teknologis yang lebih menekankan pada teknologi
sistem dan kurang menekankan pada teknologi alat. Dengan pendekatan ini biaya
dapat lebih ditekan, di samping memberi kesempatan kepada pelaksana
pengajaran, terutama guru-guru untuk mengembangkan sendiri program
pengajarannya. Model ini di Indonesia dikenal dengan nama
Satuan Pelajaran dalam lingkungan Pendidikan Dasar dan Menengah atau
Satuan Acara Perkuliahan pada Perguruan Tinggi, sebagai bagman dari. Sistem
Instruksional atau Desain Instruksional.
Pengembangan kurikulum teknologis terutama yang menekankan teknologi alat, perlu mempertimbangkan beberapa
hal. Pertama, formulasi perlu dirumuskan terlebih dahulu apakah pengembangan
alat atau media tersebut benarbenar
diperlukan. Hal ini menyangkut pasaran. Kedua spesifikasi, diperlukan adanya spesifikasi dari alat atau media yang akan
dikembangkan, baik dilihat dari segi kegunaannya maupun ketepatan
penggunaannya.
Spesifikasi juga meliputi spesifikasi
situasi lingkungan tempat belajar, standar perilaku belajar, serta
keterampilan-keterampilan untuk mencapai tujuan. Ketiga prototipe,
sekuens-sekuens pengajaran perlu diujicobakan dalam bentuk prototipe-prototipe,
demikian juga format-format media, dan organisasi. Keempat
percobaan pertama, unit-unit pengajaran diujicobakan pada sejumlah
sampel siswa untuk mengetahui keberhasilan dan kelemahannya.
Data tentang kebaikan dan kekurangan-kekurangan sangat
diperlukan bagi penyempurnaan. Kelima mencoba hasil, hasil dari pengembangan
dicoba diterapkan di dalam sistem pengajaran yang berlaku. Proses
pelaksanaan, hasil dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dicatat sebagai umpan balik
bagi penyempurnaan selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar